-->

ADIMANGGALA, ADIPARWA, ADIPATI ANOM AMANGKUNEGARA & ADIPATI KARNA

- October 14, 2020

ADILUHUNG, salah satu perkumpulan Wayang Orang di Jakarta, yang cukup populer pada tahun 1970- an. Tetapi setelah beberapa tahun berdiri, perkumpulan yang beberapa kali pindah temp at pertunjukan itu, bubar karena jumlah penontonnya makin berkurang. 


ADIMANGGALA, resminya adalah anak Ki Demang Antagopa dari Widarakandang. Tetapi sebenamya ia adalah anak gelap yang lahir dari skandal yang dilakukan ibunya, Ken Sayuda, dengan Ugrasena putra Prabu Basukunti, raja Mandura. Untuk menutupi berbagai skandal yang melibatkan Ken Sayuda, wanita cantik itu dikawinkan dengan Antagopa, Demang Widarakandang. Ken Sayuda, oleh sebagian dalang disebut Ken Yasoda. Setelah dewasa Adimanggala menjadi patih di negri Awangga, pada zaman pemerintahan Adipati Kama. Dalam Baratayuda Patih Adimanggala bertempur di pihak Kurawa. Ia mati sampyuh, mati bersama la-wannya, Patih Jayasemadi. Namun tentang kematian Patih Adimanggala ini sebagian dalang menceritakan lain lagi. Begini: 

Ketika berlangsung Baratayuda, Adimanggala ditugasi selalu melaporkan keadaan perang kepada Dewi Surtikanti. Suatu ketika Adimanggala memberi laporan yang tidak jelas, sehingga Dewi Surtikanti salah mengerti dan mengira suaminya gugur. Istri Adipati Karna itu lalu bunuh diri. Dalam pewayangan, Ki Dalang menceritakan, ketika menghadap Dewi Surtikanti, antara lain Patih Adimanggala mengatakan: " ... nyuwun sedah". Kata-kata itu terdengar oleh Sang Dewi sebagai: " ... sampun seda. " Kalimat pertama artinya rninta sirih, sedangkan yang kedua artinya sudah gugur. Ketika Adipati Karna tahu peristiwa kematian istrinya ini, ia tidak dapat lagi menahan amarahnya, dan langsung membunuh Patih Adimanggala. 

Sementara itu versi lain menyebutkan, kematian Adimanggala bukan karena dibunuh Adipati Kama, tetapi justru terjadi setelah Adipati Awangga itu gugur. Setelah junjungannya gugur, Patih dimanggala mengamuk di gelanggang Kurusetra. Barisan prajurit Pandawa kewalahan menghadapinya, sehingga Kresna memerintahkan Patih Udawa untuk menghadapinya. Sebenamya, Udawa tidak tega menghadapi saudara kandungnya sendiri di medan laga. Namun ia pun tidak berani membantah perintah Kresna. Karenanya, dengan menghunus keris Kyai Gandaludira, Udawa maju ke kancah pertempuran dengan memejamkan mata. Adimanggala akhirnya gugur tergores ujung keris kakaknya.

ADIPARWA, bagian pertama dari Kitab Mahabarata karangan Wyasa yang menceritakan tentang masa kecil dan remaja para Pandawa dan Kurawa. Di bagian ini pula diceritakan mengenai peristiwa Bale Sigala-gala, perkawinan Bima dengan Dewi Nagagini dan Dewi Arimbi, serta pembangunan Hutan Wanamarta atau Kandawaprasta menjadi Kerajaan A marta.

ADIPATI ANOM AMANGKUNEGARA, KANJENG GUSTI PANGERAN, yang setelah naik takhta sebagai raja Surakarta Hadininingrat bergelar Paku Buwana V (1820-1823), yang diembani pujangga 
R.Ng. Yasadipura II. Pada pemerintahan Paku Buwana V dihasilkan karya agung Serat Centhini yang ditulis oleh tim yang terdiri dari: Pangeran Adipati Anom sebagai ketua tim, Yasadipura II, Ranggasutrasna dan Sa tradipura sebagai anggota. Serat Centhini adalah merupakan ensiklopedinya masyarakat Jawa berisi: 
agama Islam, ngelmu, gendhing, joged, wayang, tembang, hari baik dan buruk, masakan Jawa, humor, 
cremedan (guyon maton), seksologi. 

Sedangkan isi pokok dari buku ini adalah wejangan Seh Amongraga kepada istrinya Ken Tembangraras yang disertai abdinya Emban Centhini, tentang Syariat Islam yakni: 
sarengat, tare kat, hakekat dan makrifat. Serat Centhini yang tebalnya mencapai 4.200 halaman terdiri atas 12 jilid, mirip sebuah ensiklopedi budaya Jawa dengan gaya penuturan secara dongeng khas Jawa. 

Untuk penggalian bahan tulisan dan data, Pangeran Adipati Anom Arnangkunegara menugaskan anggota timya mengadakan perjalanan keliling dari Anyer di Jawa Barat sampai Banyuwangi di Jawa Timur. Buku asli Serat Centhini, kini masih tersimpan di Keraton Kasunanan Surakarta, tetapi selain yang asli itu, di masyarakat juga beredar Serat Centhini Jawatimuran, Serat Centini Jalalen, Serat Centhini Amongraga dan Serat Centhini Jawa Pegon. Selain itu juga dihasilkan karya sastra yang 
dikeramatkan yaitu Serat Lokapala berisi ajaran Wisrawa kepada Sukeksi, Sastra Jendra Hayuningrai 
yang terkandung perjalanan kejiwaan, kebatinan, kerohanian yang disebut: pungkasaning kawruh 
pepotoning laku. Ketika ajaran itu dijabarkan, Wisrawa melihat tubuh Dewi Sukesi seperti menyala, memancarkan sinar. Wisrawa alah melihat dan salah mengartikan nyala Sukeksi itu; dikiranya perpaduan kawula-Gusti, padahal perpaduan itu adalah kemanunggalan nafsu pria dan wanita. Akibatnya, lahirlah Rahwana, Kumbakarna, Sarpakena dan Wibisana. 

Paku Buwana V selain menjadi raja juga dikenal sebagai dalang, musisi dan penari. Pada waktu masih 
bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom, pada hari paseban, yang jatuh hari Senin dan Kamis, ia bergabung dalam bangsal pradangga ikut bermain rebab serta bonang barung. Ketika Paku Buwana IV (ayahnya) telah duduk di Prabasuyasa, K.P. Adipati Anom yang memainkan bonang membuat kaduk sembrana, serta membuat imbal seperti teknik imbal-imbalan saron paringgitan (saran untuk mengiringi pertunjukan wayang), sehingga permainan bonangnya tampak meriah atau ramai (Jawa: gobyog) sekali. Suasana tabuhan ini membuat cingak para sentana yang sedang menghadap raja dan terdengar oleh Paku Buwana IV yang sedang berada di Prabasuyasa, kemudian justru ia tampak senang sekali bahwa putranya telah menguasai semua tabuhan! ricikan dalam kerawitan Jawa. Maka sejak zaman itu mulai muncul teknik bonangan imbalan, untuk mengiringi tari tayub atau tayuban, dan per-kembangan sekarang teknik bonangan imbalan juga untuk mengiringi pertunjukan Wayang Kulit. 

Pada pemerintahan Paku Buwana V juga dihasilkan karya seni karawitan an tara lain diciptakan gendhing-gendhing garap ciblon, seperti gending Montro dan Prawanpupur; membuat gending Bancak 
Doyok seperti ladrang Sontoloyo, Godhongnangka, Tan-junggunung; menyusun gending gecul seperti 
gending Kalongking, Celengmogok, Ceremende; membuat gending prenes seperti: ladrang Ayun-ayun, 
Kapidondong dan Kututmanggung; serta membuat gending terbang atau santiswaran. 

Dalam bidang tari dihasilkan komposisi tari Srimpi Ludira Madu. Juga dihasilkan beksan Gedrukan, 
penarinya sembilan orang putri yang diiringi terbang. 

ADIPATI KARNA, yang menguasai Kadipaten Awangga adalah anak sulung Dewi Kunti. Jabatan adipati itu dihadiahkan oleh Suyudana, si Sulung dari keluarga Kurawa, dengan pamrih agar Kama pada Baratayuda kelak berpihak pada Kurawa. Nama lengkap Kama, adalah Basukama, atau Basusena. 

Pengangkatan Kama sebagai adipati di Awangga terjadi pada masa Kurawa dan Pandawa masih remaja. Waktu itu, dalam suatu pertandingan antar keluarga bangsawan Astina, Arjuna ternyata selalu unggul, tidak ada yang sanggup menandinginya. Hal ini rnembuat Arjuna jadi bersikap congkak. Basukama yang ketika itu berstatus sebagai anak angkat kusir Adirata, tidak senang melihatnya. Ia lalu maju ke tengah gelanggang dan mohon diizinkan ikut bertanding. 

Tetapi setelah mengetahui asal usulnya, dengan angkuh Arjuna menolak bertanding dengan anak kusir itu. Pada saat itu juga Suyudana lalu berkata: "Jika dinda Arjuna merasa tidak sebanding untuk bertanding dengan seorang anak kusir, maka saat ini juga Kama kuangkat sebagai Adipati di daerah Awangga." Pengangkatan ini dapat terlaksana karena pada waktu itu ayah para Kurawa, yaitu Prabu Drestarastra menjadi penguasa di Astina. 

Sementara itu menurut versi pewayangan, Kama memperoleh negeri Awangga, bukan karena pemberian, melainkan merebutnya dari Prabu Kamamandra. Dalam pewayangan ada tokoh lain yang juga bernama Karna, yakni salah seorang dari keluarga Kurawa. Namun karena Kama, yang adik Suyudana, tidak sakti dan tidak terkenal, maka kalau orang menyebut nama Karna, yang dimaksud tentu Adipati Kama putra sulung Kunti.

Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia - Jilid 1 [A-B]
                SENA WANGI ( Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia)

Add your message to every single people do comment here
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search