-->

Kisah Bambang Sumantri dan Sukrasana dalam Pewayangan

- January 15, 2020
https://blog.hadisukirno.co.id/sukrasana/#prettyPhoto
Sukrasana adalah putera Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan Dewi Darini, Sukrasana berwujud raksasa kerdil, ia memiliki seorang kakak bernama Bambang Sumantri yang berwajah sangat tampan.

Sukrasana memiliki kesaktian yang luar biasa, ia juga berhati mulia. Sejal kecil ia dan kakaknya Sumantri hidup rukun dan saling menyayangi meskipun wujud merea sangat berbeda jauh. Ia mengabdi pada Bathara Wisnu dan bertugas sebagai juru taman Sriwedari di Kahyangan Untarasegara. Suatu ketika ia sangat merindukan keluarganya dan datang ke pertapaan Argasekar. Namun, disana ia tidak berjumpa dengan kakak  yang sangat dicintainya. Ia kemudian bertanya kepada ayahnya, kemana kakaknya pergi. Ayahnya menjelaskan bahwa Sumantri pergi ke negara Maespati untuk menganbdi kepada Prabu Arjunasasrabahu. Sukrasana pun bertekad untuk menyusul kakaknya ke Maespati.

Ia sangat bersemangat karena ingin berjumpa dengan Sumantri, kakak yang sangat ia sayangi. Di tengah hutan akhirnya Sukrasana bertemu dengan Sumantri yang sedang sedih. Sumantri bingung bagaimana cara untuk memenuhi persyaratan Prabu Arjunasasrabahu, yaitu untuk memindahkan taman Sriwedari ke negara Maespati agar pengabdiannya diterima. Ia  pun bersedia menolong kakaknya.

Sukrasana pun memindahkan taman Sriwedari ke Maespati seperti yang diinginkan Sumantri , untuk memenuhi persyaratan Prabu Arjunasasrabahu. Namun ketika Ia  ingin mengikuti Sumantri ke Maespati, Sumantri melarang dan bersikap kasar kepadanya. Bahkan tanpa sengaja panah Sumantri mengenai dadanya hingga ia mati. Namun sebelum menemui ajalnya, Sukrasana bersumpah akan hidup bersama-sama dengan Sumantri dalam Nirwana, dan kematian dirinya akan dibalasnya melalui seorang raja Raksasa.

Sumantri sangat sedih dengan kematian adiknya, yang tanpa sengaja ia lakukan. Sumpah Sukrasana pun terpenuhi. Saat negara Maespati diserang balatentara Alengka, Sumantri berperang melawan Prabu Dasamuka (Rahwana), raja raksasa dari kerajaan Alengka. Arwah Sukrasana menyusup pada taring Rahwana dan Sumantri digigit hingga menemui ajalnya. 

Bambang Sumantri adalah seorang kesatria dalam tokoh wayang yang memiliki paras tampan dan senjata pemusnah angkara murka, Cakrabaskara. Bambang Sumantri atau sering juga disebut Raden Suwanda adalah anak sulung dari Begawan Suwandagni di pertapaan Ardisekar. Resi Suwandagni masih saudara sepupu dengan Ramaparasu putra dari Resi Jamadagni. Bambang Sumantri memiliki seorang adik yang wajahnya menyerupai raksasa, Bambang Sukrasana namanya.

Pada suatu malam Sumantri menghadap Resi Suwandagni untuk memohon diri. Ia hendak pergi melamar pekerjaan ke negeri Maespati. Ia tidak mau membawa adiknya ikut serta karena malu terhadap wajah Sukrasana. Sumantri diterima oleh Harjuna Sasrabahu asalkan dapat merebut putri dari negeri Magada. Dengan gagah berani Sumantri berhasil menyisihkan semua lawannya dalam sayembara merebut Dewi Citrawati. Setelah ia berhasil dalam benaknya muncul pikiran untuk memiliki Dewi Citrawati. Sebenarnya Ia diberi tugas oleh Harjuna Sasrabahu untuk membawa Dewi Citrawati tetapi ia malah ingin menjadikan Dewi Citrawati sebagai istrinya.

Akhirnya terjadi perselisihan antara Sumantri dan Harjuna Sasrabahu. Tantangan Sumantri diterima oleh Harjuna Sasrabahu dengan senang hati. Terjadilah peperangan yang seru dan dahsyat karena masing-masing adalah inkarnasi dari Batara Wisnu. Sumantri mengangkat dan melepaskan Cakrabaskara ke arah Harjuna Sasrabahu. Cakrabaskara menyala, gemuruh suaranya membelah angkasa dan mengejutkan hati Harjuna Sasrabahu. Karena terkejut hatinya, Harjuna Sasrabahu kemudian ber-triwikrama atau mengubah dirinya menjadi raksasa bermuka seribu.

Sumantri berhasil diringkus dan diinjak di bawah telapak kakinya. Sambil menangis, Sumantri meminta ampun atas kelancangan dan kesalahannya. Harjuna Sasrabahu mau menerima maafnya tetapi dengan syarat yang lebih berat. Sumantri diperintahkan untuk membangun taman Sriwedari. Dalam kesedihan ini datanglah Sukrasana menyusul Sumantri. Sukrasana bersedia membantu Sumantri asalkan ia diperbolehkan ikut kakaknya ke mana pun Sumantri berada. Sumantri menyetujui tawaran Sukrasana. Dengan kesaktiannya, Sukrasana berhasil memutar taman Sriwedari dan dipindahkan ke negeri Maespati. Atas jasanya itu, Sumantri berterima kasih kepada adiknya tetapi dengan pesan agar Sukrasana bersembunyi dan tidak menemuinya di tempat umum.

Pada suatu hari Citrawati bersama pengiringnya di kala sedang bersukaria di taman Sriwedari. Tiba-tiba mereka lari ketakutan karena melihat raksasa kerdil berada di taman. Citrawati kemudian mengadukannya kepada Harjuna Sasrabahu. Sumantri yang telah bergelar Patih Suwanda segera datang memeriksa taman. Ternyata raksasa itu adalah Sukrasana dan Sumantri mengancam agar Sukrasana pergi dengan senjata Cakrabaskara. Namun sial, senjata Sumantri lepas dari tangannya dan tewaslah Sukrasana.

Di tanah lapang itu, Sumantri tersungkur. Rahwana berhasil membunuhnya setelah pertempuran yang panjang. Tubuh anak muda itu setengah hancur. Ya, Sumantri gugur dengan mengenaskan. Tapi ia segera melesak ke surga. Dan di sana, Patih Suwondo itu bertemu dengan Sukrosono, adiknya yang setia. Mereka seperti mengulang kembali masa kanak-kanak yang bahagia, melupakan dendam dan rasa bersalah. Tragedi ''anak panah'' di antara keduanya bagai tak pernah terjadi.

Kita kenang perjalanan Sumantri sebelum menjadi Patih Suwondo. Sejak awal, anak muda ini memang telah menyiapkan masa depannya. Ia menuju Maespati untuk mengabdi pada Prabu Harjuna Sasrabahu. Sebab ia merasa mampu, juga pantas .

Pada pagi yang belum sempurna, ia melangkah ke utara. Ia tinggalkan Sukrosono, adiknya yang bocah bajang yang buruk rupa, keriting, cebol, dan agak hitam itu. Dengan penampilan fisik semacam itu, mungkin Sumantri merasa adiknya hanya akan menjadi perintang. Meski ia tahu, kesaktian Sukrosono satu tingkat di atasnya. ''Aku sengaja pergi pagi-pagi benar pada saat kau masih lelap. Maafkan aku, adikku,'' kata Sumantri pada hari kepergiannya.

Barangkali Sumantri memang laki-laki pilihan dewa. Dalam suatu pertempuran, ia berhasil membebaskan Negeri Magada dari kepungan pasukan Widarba. Ia menang telak. Pasukannya membawa banyak tawanan dan rampasan; emas-berlian, ternak, dan para putri. Tapi Sumantri tak segera pulang. Di perbatasan, ia justru mengirim surat ke Maespati dan menantang Harjuna Sasrabahu perang tanding. Ada kesombongan yang tiba-tiba melonjak. Juga ketidakpercayaan akan kekuatan dan kesaktian sang raja.

Setidaknya, ada dua tafsir tentang sikap itu. Pertama, Sumantri sekadar ingin lebih meyakinkan diri tentang kepatutan raja yang ia abdi. Kedua, ia tengah mabuk kemenangan. Apa pun alasannya, Sumantri akhirnya kalah melawan prabu Harjuna Sasrabahu , dan ia menerima hukumannya: untuk memindahkan Taman Sriwedari dari khayangan ke istana. Sebuah tugas yang mustahil dan membuat Sumantri hampir putus asa.

Namur disaat itu Sukrosono adiknya datang. Dengan kesaktiannya, tugas itu ia selesaikan dengan baik. Sayang, kehadiran Sukrosono yang buruk rupa membuat kekacauan para penghuni keputren yang sedang menyaksikan keindahan taman Sriwedari. Sumantri malu dan meminta adiknya segera pergi. Tapi Sukrosono menolak. Hingga akhirnya Sumantri membidikkan anak panah ke arahnya. Tanpa diduga anak panah lepas. Sumantri kaget, tapi terlambat. Adiknya tewas terkena panahnya.

Add your message to every single people do comment here
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search