-->

ABISEKA - ABIYASA

- October 08, 2020

ABISEKA, dalam wayang Golek Putwa sunda adalah istilah yang di gunakan untuk adegan upacara penobatan atau pelantikan seorang putra mahkota menjadi raja.

ABIYASA, yang bergelar begawan, adalah kakek keluarga Pandawa dan Kurawa. Ayah Abiyasa adalah Begawan Palasara, pertapa terkenal dari Gunung Rahtawu. Ibunya, yang bemama Dewi Durgandini, telah pergi meninggalkannya sejak Abiyasa rnasih bayi. Ayahnyalah yang memelihara, merawat, membesarkan, dan mendidik Abiyasa. Mula-mula mereka hidup berkelana dari negeri satu ke negeri lainnya, tetapi kemudian menetap di Pertapaan Sata Arga (Di pedalangan sering disebut Pertapaan Sapta Arga). Dari Begawan Palasara ia mewarisi bakat sebagai pertapa, selain mendapat pengajaran mengenai ilmu kesusasteraan dan ketatanegaraan. 

ABIYASA sebagai Begawan atau pertapa,
Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta

Menurut cerita pewayangan, ketika masih bayi Abiyasa pemah berebut air susu Dewi Durgandini dengan bayi Dewabrata, yang kemudian lebih dikenal dengan Resi Bisma. Waktu itu, Sentanu datang ke Astina bersama Dewabrata, dan minta agar Dewi Durgandini mau membagi air susunya pada Dewa brata. Dewi Durgandini, yang saat itu menjadi permaisuri Palasara tidak berkeberatan. Tetapi ternyata Dewabrata amat rakus, sehingga Abiyasa sering tidak kebagian air susu ibunya sendiri. Ini membuat Palasara, yang ketika itu sudah menjadi raja dan bergelar Prabu Dipakiswara, marah. 

Karena persoalan air susu itu akhimya Sentanu berperang tanding dengan Palasara. Batara Narada yang turun dari kahyangan segera datang melerai mereka. Dewa itu mengatakan bahwa sesuai kehendak para dewa Palasara hams mengalah pada Sentanu. Ia hams mereJakan takhta Kerajaan Astina dan juga permaisurinya, Dewi Durgandini. Dengan begitu, ketika masih bayi Abiyasa terpaksa kehilangan ibu. 

Cerita mengenai kelahiran Abiyasa ini, wayang Purwa Jawatimuran versinya lain Jagi. Pada pedalangan dari Jawa Timur, ibu Abiyasa bemama Dewi Arnbarwati. Pada saat Abiyasa lahir, saat ditidurkan, 

BEGAWAN ABIYASA,
pada penamp
iian
dalam Wayang Golek
Purwa Sunda

Begawan Palasara melihat sebuah makhluk kecil bergerak-gerak disamping bayi Abiyasa. Setelah  diperhatikan, makhluk itu adalah seekor set (belatung). Dengan kesaktian yang dimilikinya, Begawan Palasara mengubah ujud set itu menjadi ksatria perkasa yang kemudian diberi nama Seta. 

Pada waktu Abiyasa berumur sembilan bulan, Palasara mengajak istrinya pindah ke Pertapaan Sapta 
Arga. Tetapi Dewi Ambarwati menolak. Karena itu, Palasara pergi sendiri bersama bayi Abiyasa. Tak lama setelah kepergian suami dan anaknya, Dewi Ambarwati sadar akan kewajibannya sebagai istri dan ibu. Karenanya ia segera menyusul ke Sapta Arga. Di perjalanan Ambarwati bertemu dengan Sentanu yang menggendong anaknya, Dewabrata, yang sedang menangis kehausan. Dewi Ambarwati lalu menyusui bayi Dewabrata. Bahkan kemudian Dewi Ambarwati memelihara Dewabrata sampai dewasa. 
Sebagai balas budi karena dibesarkan air susu Dewi Ambarwati, maka Dewabrata yang kemudian 
lebih dikenal sebagai Resi Bisma, menyerahkan takhta Astina kepada Abiyasa. 

Dernikian menurut pedalangan di Jawa Timuran. Ketika kemudian menjadi raja Astina, Abiyasa bergelar Prabu Krisnadwipayana, yang artinya 'manusia berkulit hitam yang lahir di pulau'. Abiyasa memang dilahirkan di sebuah pulau kecil di tengah sungai Yamuna, dan kulitnya memang hitam. Dalam pewayangan, kisah kelahiran Abiyasa adalah sebagai berikut: 

Dewi Durgandini yang hidup sebagai wanita pendayung perahu tambangan di Sungai Yamuna, suatu 
hari mendapat pelanggan seorang pertapa muda. Pertapa itu, Begawan Palasara yang saat itu sedang 
berkelana, minta agar diseberangkan ke sisi lain sungai itu. Di dalam perahu, Palasara menawarkan jasanya untuk menyembuhkan penyakit kulit yang sedang diderita Durgandini. Temyata penyakit itu bukan penyakit biasa. Waktu Palasara mengobatinya, Sang Penyakit melawan, sehingga terjadi perkelahian. Perkelahian dahsyat itu menyebabkan terjadinya badai di sekitar perahu itu. Sang Penyakit akhirnya kalah, dan menjelma menjadi seorang pria berwajah buruk, bemama Rajamala. Sementara itu, akibat badai dan serunya perkelahian, perahu tambangan itu pun pecah dua. Kedua pecahan perahu itu menjelma menjadi dua orang pria yang oleh Palasara diberi nama Kencakarupa dan Rupakenca. 

Dayungnya menjelma menjadi seorang putri cantik, yang diberi nama Dewi Rekatawati. Keempat manusia jadian itu minta diakui sebagai anak Palasara. Sesudah permintaan itu dikabulkan, oleh Palasara keempatnya disuruh pergi ke Kerajaan Wirata. Pecahnya perahu itu menyebabkan Palasara dan Dewi Durgandini terdampar di sebuah pulau. Di pulau inilah Durgandini harnil dan beberapa bulan kemudian Abiyasa lahir. 


Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia - Jilid 1 [A-B]
                SENA WANGI ( Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia)


Add your message to every single people do comment here
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search