-->

KIsah Meninggalnya Abiyasa Secara Sempurna

- October 05, 2019
PRABU KRESNADWIPAYANA,
Wayang Kulit gagrak Yogyakarta.
 Berbeda dengan gagrak Surakarta,
 wayang ini tidak mengenakan mahkota,
walaupun ia raja.
Wayang - Abiyasa berumur sangat panjang. Setelah melepaskan mahkota dan hidup sebagai pertapa, ia masih selalu memperhatikan keadaan Kerajaan Astina. Dengan senang hati Abi yasa memberikan nasihat -nasihatnya pada anak cucunya bila diminta. Sesepuh keluarga Kurawa dan Pandawa itu dapat menyaksikan upacara penobatan cicitnya, Parikesit, menjadi raja Astina, Bahkan gelar yang digunakan oleh Parikesit setelah ia menjadi raja, juga Prabu Krisna dwipayana, memakai nama kakek buyutnya.

Abiyasa meninggal secara sempurna, yang dalam bahasa pewayangan disebut moksa. Waktu akan masuk ke sorga, ia menuntut pada para dewa agar raganya juga dibolehkan ikut. Tuntutan itu dikabulkan, dan menjemput raga Abiyasa dengan kereta cahaya. 
Tentang kematian Abiyasa ini, sebuah versi Mahabarata menceritakan sebagai berikut: 

Suatu saat mendaratlah di alun-alun Astina, sebuah Kreta cahya, yakni kereta cahaya. Tidak seorang pun kuat bertahan terhadap hawa panas yang memancar dari dalam kereta itu. Semua keluarga Pandawa mencoba, tetapi mereka pun tidak tahan. Akhimya Prabu Puntadewa mohon agar Begawan Abiyasa mencobanya. Waktu kakek para Pandawa itu berjalan keluar dari keraton dan melihat Kretacahya itu, ia segera mahfum bahwa itulah kendaraan yang menjemputnya pergi ke alam abadi. Maka sang 
Begawan lalu memberikan pesan-pesan terakhrnya kepada sekalian anak cucu, terutama kepada Prabu Puntadewa dan Prabu Parikesit, ten tang bagaimana memerintah sebuah negara dengan baik. Sesudah itu, ia pun masuk ke dalam kereta cahaya itu, yang segera membawanya ke langit, ke alam kematian abadi. 
ABIYASA semasa muda,
Wayang Kulit Purwa Yogyakarta

Mengenai kapan saat moksanya Abiyasa, sumber pewayangan maupun Mahabarata mempunyai data yang berbeda. 
Menurut pewayangan, Abiyasa moksa setelah Parikesit, anak Abimanyu berumur 35 hari. Untuk mendapatkan berkah restu dari kakek buyutnya, pada saat upacara selapanan Parikesit dipangku oleh Abiyasa, yang sengaja datang ke Istana Astina dari Pertapaan Wukirahtawu di Sata Arga. Beberapa saat setelah memangku buyutnya itu, Abiyasa merasa ajaInya sudah tiba, namun ia tidak mau berangkat ke sorga bilamana tidak disertai oleh jazadnya. Para dewa mengabulkan tuntutan itu, dan mengirim kereta cahaya guna menjemputnya. Moksanya Abiyasa disaksikan segenap keluarga Pandawa, Prabu Kresna dan Prabu BaIadewa. 

Semen tara itu menurut Adiwangsawatarana Parwa, yang merupakan bagian dari Mahabarata, Abiyasa moksa pada zaman pemerintahan Prabu Janamejaya, cucu Parikesit. Peristiwa moksanya juga terjadi di Istana Astina.

Abiyasa atau Wyasa inilah yang menulis Kitab Mahabarata, yang di kemudian hari oleh para pujangga Indonesia diadaptasikan menjadi bahan cerita wayang. Suku Bangsa Jawa, juga mengenal Abiyasa
dengan sebutan Empu Wiyasa. 

Selain bergelar Prabu Krisnadwipayana, Abiyasa juga mempunyai beberapa nama yang lain. Nama Dewayana diberikan kepadanya karena ia memiliki sifat-sifat seperti dewa. Ia pun disebut Sutiksnaprawa, yang artinya 'orang yang arif bijaksana'. Gelar 
lainnya adalah Rancakaprawa yang artinya suka menolong mereka yang sedang ditimpa kemalangan. Nama Abiyasa sendiri mengandung arti 'orang yang selalu dekat dengan sifat-sifat yang terpuji.' Abi atau abhi artinya dekat, sedangkan yasa artinya sifat yang terpuji. Sedangkan dalam Wayang Golek Purwa Sunda, Abiyasa juga disebut Subyasa, dan Wijana. 
BEGAWAN ABIYASA

 sebagai pertapa di Sata Arga 
atau Sapta Arga. 
Gambar gratis Wayang Kulit
 Purwa gagrak Surakarta

Pada lakon-Iakon pewayangan, termasuk lakon carangan, Begawan Abiyasa lebih sering terlibat dalam alur cerita. Banyak lakon yang menceritakan bagaimana para Pandawa atau putra mereka minta petunjuk, nasi hat, atau arahan dari pertapa tua ini. 
Abiyasa juga aktif memberikan nasi hat, bahkan juga peringatan pada para Kurawa dan Prabu Drestarastra mengenai sikap mereka yang dinilainya kurang adil, kurang jujur, dan serakah. Drestarastra dinilai terlalu lemah pendiriannya, terlalu menuruti bujukan serta hasutan istri dan anak-anaknya. Karena merasa sarannya diabaikan dan kata-katanya tidak didengarkan, 
pernah keluar kutukan dari Begawan Abiyasa pada anak sulungnya itu. 

Katanya: "Kalau Drestarastra dan Gendari masih juga selalu memanjakan anak-anaknya dan melindungi perbuatan jahatnya, maka kelak ia dan istrinya akan mati diinjak-injak anaknya sendiri ... " 

Kata-kata bertuah ini, dalam eerita pewayangan, kemudian ternyata terbukti. Kutukan itu diucapkai tatkala Abiyasa mendengar berita tentang pengusiran para Pandawa dan Dewi Drupadi dari istana dan dibuang ke hutan sesudah mereka kalah berjudi. 
Tetapi sebagian dalang menyebutkan bahwa kutukan itu diueapkan beberapa saat sesudah Abiyasa sadar dari pingsan, sesudah para Kurawa menerjang dirinya hingga roboh dan pingsan, dalam lakon Rebutan.Lenga Tala. Sewaktu Pandu Dewanata meninggal akibat kutukan Resi Kirnindama, Abiyasa tahu bahwa Batara Guru menjebloskan putranya itu ke neraka. Ia marah dan naik ke kahyangan, menyampaikan protesnya pada Batara Guru yang dianggapnya tidak adil. Pemuka dewa itu tetap pada pendiriannya sehingga Abiyasa berucap, bersedia melakukan apa saja untuk menebus dosa-dosa Pandu Dewanata, anaknya. Kemarahan Abiyasa akhirnya diredakan oleh Batara Endra, dengan menyatakan bahwa yang dapat mengentaskan Pandu Dewanata dari neraka hanyalah 
anak-anaknya. Bukan bapaknya. 

Kitab Mahabarata yang asli adalah mahakarya Begawan Abiyasa sebagai pujangga sastra. Buku, yang kemudian dianggap sebagai salah satu Buku Suei bagi penganut agama Hindu, itu terdiri atas 18 parwa, dan lebih dari 7.000 seloka. Dalam menuliskan karya besar ini, Abiyasa dibantu oleh Batara Ganesa, dewa yang berkepala gajah, dan dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan dan seni sastra.

Lakon-lakon yang Melibatkan Abiyasa 

Abiyasa Lair

Wahmuka-Arimuka

Abiyasa Krama (Abiyasa Kawin)

Abiyasa Maguru

Abiyasa Boyong

Abiyasa Dadi Ratu

Seta Ngraman

Jumenengan Parikesit

Abiyasa Moksa

Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia - Jilid 1 [A-B]
                SENA WANGI ( Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia)

Add your message to every single people do comment here
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search