-->

Kisah Kehidupan Raden Barata | Tokoh Pewayangan

- November 06, 2019

Kisah Kehidupan Raden Barata

Bharata (Sanskerta: भरट; Bharaṭa) adalah tokoh protagonis dari wiracarita Ramayana. Ia adalah putera prabu Dasarata dengan permaisuri Kekayi, dan merupakan adik Rama. Konon Bharata adalah raja dari golongan Suryawangsa yang sangat baik dan bijaksana setelah Rama. Menurut pandangan Hindu, Bharata lahir dari aspek Sudarshana Chakra yang terletak di tangan kanan Dewa Wisnu.
Raden Barata adalah anak Raja Ayodya, Prabu Dasarata dari istri Dewi Kekayi. Meski sesungguhnya bukan putra mahkota, namun ia diusulkan oleh ibunya untuk menjadi raja menggantikan ayahnya.
BIODATA BHARATA versi kitab RAMAYANA
Raden Bharata - Wayang Kulit
Nama : Bharata Wangsa
Dinasti : Suryawangsa
Daerah kekuasaan : Ayodhya dan Takshshila
Ayah : Dasarata (Raja Ayodhya)
Ibu : Kekayi
Istri : Mandawi
Anak : Taksa dan Puskala

BIODATA BHARATA versi kitab WISNUPURANA
Nama : Bharata (dengan nama kecil, Sarwadamana)
Wangsa/Dinasti : Wangsa Chandra
Daerah kekuasaan : Bharatawarsha (Asia Selatan)
Ayah : Duswanta (Raja Kuru)
Ibu : Sakuntala
Istri : Sunandadewi
Anak : Bhumanyu dan Bharadwaja (anak angkat dari Dewa Marudgana)

Kisah lahirnya Raden Bharata

Bharata merupakan putera dari Kekayi, istri ketiga Raja Dasarata dari Ayodhya. Ia memiliki tiga saudara lelaki, yang sulung bernama Rama dari permaisuri Kosalya, dan yang bungsu adalah si kembar Laksmana dan Satrugna dari permaisuri Sumitra. Bersama dengan saudaranya yang lain, Bharata dididik oleh Resi Wasistha. Meskipun Ramayana mendeskripsikan bahwa keempat putera Dasarata tersebut saling menyayangi satu sama lain, umumnya Satrugna cenderung dekat dengan Bharata sementara Laksmana dekat dengan Rama. Saat Bharata dewasa, ia menikah dengan Mandawi yang merupakan saudara sepupu Sita, dan juga merupakan puteri saudara Raja Janaka yang bernama Kusadwaja. Dengan Mandawi, Bharata memiliki dua putera bernama Taksa dan Puskala.
Dalam Ramayana diceritakan bahwa Dewi Kekayi memohon agar Prabu Dasarata menyerahkan tahta kerajaan kepada Bharata, walaupun sebenarnya Dasarata hendak menyerahkannya kepada Rama. Bharata tidak mengetahui hal tersebut dan sedang menginap di rumah pamannya di Kerajaan Kekaya yang jauh dari Ayodhya. Ketika Bharata pulang ke Ayodhya atas desakan para menterinya, ia mendapati bahwa Rama pergi meninggalkan kerajaan bersama Sita dan Laksmana. Mengetahui hal tersebut, ia bertanya kepada ibunya, yaitu Kekayi. Kekayi kemudian menjelaskan bahwa Bharata-lah yang kini berhak menjadi raja setelah Dasarata wafat.

Karena mengetahui usaha kejam yang dilakukan ibunya agar Dasarata mengusir Rama, Bharata marah dan tidak bersedia untuk memerintah kerajaan ayahnya. Lalu ia menyusul Rama ke hutan. Di hutan, Rama menolak untuk kembali ke istana sebagai pewaris kerajaan, dan berjanji setelah 14 tahun ia akan kembali lagi dan memerintah kerajaan. Ia menasihati Bharata agar mau memerintah Ayodhya dengan bijaksana. Kemudian Bharata kembali ke istana sambil membawa sandal Rama. Di atas singasana, ia meletakkan sandal Rama sebagai lambang bahwa ia memimpin kerajaan atas nama Rama.
Tersebutlah di negara Ayodya. Meski rajanya, Prabu Dasarata sudah beristri cantik Dewi Kausalya (Ragu), namun masih ingin mempersunting wanita lain. Memang, mula-mula sang raja begitu gusar karena sudah bertahun-tahun menikah, belum juga dikaruniai keturunan. Berbagai upaya telah dilakukan, namun belum kunjung berhasil.

Hidup menjadi raja dengan disanding istri cantik, pertama-tama memang menyenangkan. Namun, karena belum punya anak maka hidupnya terasa hampa. Padahal, menurut tabib istana, Prabu Dasarata dan Dewi Ragu sama-sama sehat dan tidak mandul. Saking pusingnya, sang raja sering pergi jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas.

Secara kebetulan, Prabu Dasarata bertemu dengan Dewi Kekayi, salah seorang putri negara tetangga. Perasaan hampa sang prabu terasa terisi oleh kecantikan dan senyum manis sang dewi. Tak hanya perasaan simpatik yang menyelimutinya. Tapi juga cinta yang begitu mendalam. Meski Dewi Kekayi setengah jual mahal, namun wanita ini juga memberikan ‘tanda lampu hijau’ pada Prabu Dasarata.

Dewi Kekayi pun menuruti keinginan Prabu Dasarata. Namun, putri jelita ini memasang jerat (jebakan). Sebab, ia bersedia menjadi istri Prabu Dasarata dengan syarat kalau punya keturunan, anaknya itulah yang harus menggantikan Prabu Dasarata sebagai Raja Ayodya. Tanpa sadar, Prabu Dasarata pun menyanggupinya.

Akhirnya, jadilah Dewi Kekayi sebagai istri kedua Prabu Dasarata. Putri cantik jelita yang kemayu ini pun diboyong ke istana Kerajaan Ayodya. Meski menjadi istri kedua, diam-diam ia ingin selalu tampil dan mendapat perhatian lebih ketimbang Dewi Kausalya.

Nyaris Lupakan Janji

Selang beberapa tahun, ternyata para istri dan selir Prabu Dasarata mengandung dan melahirkan. Dari Dewi Kausalya lahir bayi laki-laki diberi nama Raden Rama. Dari Dewi Kekayi lahir bayi laki-laki diberi nama Raden Barata. Dari istri-istri yang lain lahir juga bayi laki-laki, diberi nama Raden Laksmana Widagdo dan Raden Satrugna.

Setelah anak-anaknya dewasa, Prabu Dasarata merasakan usianya sudah semakin tua (lanjut). Ia bermaksud untuk lengser keprabon (mengundurkan diri) dan menyerahkan tahta kepada anaknya yang tertua dari permaisuri (istri pertama) yakni Raden Rama yang terlahir dari Dewi Kausalya.

Semua punggawa dan keluarga kerajaan pun menyetujuinya. Apalagi, kini Raden Rama sudah punya istri, Dewi Sinta, putri dari Kerajaan Mantili. Dengan demikian, sudah sangat pantas untuk dinobatkan sebagai raja. Apalagi, Raden Rama tidak saja dikenal tampan dan berbudi pekerti luhur. Tapi juga, sangat sakti, ahli berperang dan sangat memahami ilmu ketatanegaraan.

Menjelang penobatan Raden Rama menjadi raja, tiba-tiba muncul Dewi Kekayi yang melakukan aksi protes. Dengan lantang dan sangat berani, Dewi Kekayi membeberkan masa lalunya bersama Prabu Dasarata. Padahal, ketika itu di tengah-tengah pasewakan (pertemuan) agung kerajaan. Sesuai janji Prabu Dasarata, maka Barata yang lebih berkah menjadi raja.

Betapa terkejutnya Prabu Dasarata mendengar protes Dewi Kekayi. Rasanya bagai disambar petir di siang bolong. Dengan penuh keterpaksaan, Prabu Dasarata mengabulkan protes itu. Di luar dugaan, ternyata Dewi Kekayi masih minta syarat tambahan. Apa itu? Menurutnya, belum cukup aman jika keputusannya hanya menobatkan Barata menjadi raja. Kalau Rama masih di istana kerajaan, maka dia bisa mengganggu. Karena itu, ia minta agar Rama dan istrinya diusir dan dibuang ke hutan selama 13 tahun. Setelah itu, barulah boleh kembali pulang ke istana.

Keketusan Dewi Kekayi terasa menghantam hati Prabu Dasarata yang sudah tua. Penyakit jantungnya pun langsung kambuh. Sang raja lanjut usia itu pun jatuh pingsan. Hingga akhirnya tak bangun-bangun, karena menghembuskan nafas yang terakhir alias mangkat. Seluruh keluarga Ayodya pun meratapi kematiannya.

Ternyata, Raden Barata tidak bersedia dinobatkan menjadi Raja Ayodya. Ia tahu diri, bahwa dirinya bukan putra mahkota. Ia tidak sependapat dengan ibunya. Sebab, yang sesungguhnya putra mahkota adalah Raden Rama. Maka, meski Raden Rama dan istrinya, Dewi Sinta, yang dikawal Raden Laksmana menjalani hidup sebagai orang buangan di hutan belantara, Raden Barata tetap menyusulnya. Secara khusus ia minta kepada Raden Rama untuk kembali ke istana dan dinobatkan menjadi raja. Tapi, Raden Rama menolaknya. Raden Barata pun sungkem dan menangis di pangkuan kakak sulungnya itu. Barulah Raden Rama melontarkan sebuah kebijakan: memberikan sepasang terompahnya sebagai simbol (wakil) dirinya menjadi ‘raja’ yang diemban oleh Raden Barata. Barulah Raden Barata menerima dan kembali ke istana Ayodya.

Add your message to every single people do comment here
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search